
EUR /USD melanjutkan tren penurunannya untuk hari kedua berturut-turut karena pelaku pasar mencerna data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan. Hal ini dan perjanjian perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan AS mendorong Dolar dan membebani Euro, yang mencatatkan penurunan lebih dari 1,30% pada hari Senin, penurunan terbesar sejak Desember 2024. Pasangan mata uang ini berada di kisaran 1,1550, turun 0,33% secara harian. Sentimen berubah sedikit negatif akibat berita perdagangan, bahwa perundingan perdagangan AS dan China belum selesai, meskipun kedua negara sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata perdagangan, yang perlu disahkan oleh Presiden AS Trump, ungkap Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Dari sisi data, Survei Pembukaan Lapangan Kerja dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) bulan Juni menunjukkan pasar tenaga kerja sedang melemah, karena jumlah lowongan pekerjaan meleset lebih dari 200 ribu, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS). Kepercayaan Konsumen bulan Juli membaik, meskipun survei menunjukkan bahwa masyarakat kesulitan mencari pekerjaan.Di seberang lautan, minimnya data ekonomi membuat Euro melemah, menyusul kesepakatan perdagangan AS-Uni Eropa. Para pedagang menantikan rilis data Penjualan Ritel Jerman, angka pertumbuhan Spanyol, Italia, Jerman, dan Uni Eropa. Selain itu, para pedagang juga menantikan rilis PMI Manufaktur HCOB untuk Spanyol, Italia, Jerman, dan blok tersebut, data ketenagakerjaan, serta angka inflasi di Jerman dan Uni Eropa.
Sementara itu, fokus para pedagang tertuju pada rilis kebijakan Federal Reserve yang akan datang, yang akan berakhir pada hari Rabu. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, meskipun perhatian akan tertuju pada kemungkinan adanya penentang, terutama mengingat pernyataan terbaru dari Gubernur Fed Christopher Waller dan Michelle Bowman yang mendukung penurunan suku bunga sebesar 25 bps.
Sumber : fxstreet