EUR/USD melanjutkan kenaikannya untuk sesi kedua berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 1,1390 selama jam Asia pada hari Senin. Euro (EUR) menguat karena Bloomberg melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump setuju untuk memperpanjang batas waktu tarif 50% pada Uni Eropa (UE) hingga 9 Juli. Pada hari Minggu. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengunggah di media sosial bahwa UE siap untuk bergerak cepat dalam pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan. Pasar AS akan ditutup karena hari libur Memorial Day pada hari Senin. Pada hari Jumat, Presiden Trump mengancam dalam sebuah posting di Truth Social akan mengenakan tarif 50% pada impor dari Uni Eropa karena Brussels mengirimkan proposal perdagangan yang tidak begitu bagus ke Washington. Trump berkata, "Diskusi kita dengan mereka tidak akan membuahkan hasil! Oleh karena itu, saya merekomendasikan tarif langsung 50% pada Uni Eropa, mulai 1 Juni 2025.”
Selain itu, pasangan EUR/USD menguat karena Dolar AS (USD) terus melemah akibat ketidakpastian seputar ekonomi AS. Defisit fiskal AS dapat meningkat lebih jauh ketika "One Big Beautiful Bill" Trump disahkan di Senat, sehingga meningkatkan risiko imbal hasil obligasi tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dapat membuat biaya pinjaman tetap tinggi bagi konsumen, bisnis, dan pemerintah. Pasar AS masih tertekan di tengah memburuknya profil utang AS karena Moody's menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1. Moody's kini memproyeksikan utang federal AS akan naik menjadi sekitar 134% dari PDB pada tahun 2035, naik dari 98% pada tahun 2023, dengan defisit anggaran diperkirakan akan melebar hingga hampir 9% dari PDB. Pejabat Fed terus mendukung agar suku bunga tetap dipertahankan karena ketidakpastian yang masih ada atas kebijakan tarif Trump. Pada hari Jumat, Presiden Federal Reserve (Fed) Chicago Austan Goolsbee mengatakan bahwa ancaman tarif terbaru Trump kemungkinan menunda perubahan suku bunga. Sementara itu, Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid mencatat bahwa para pembuat kebijakan akan mengukur data konkret sebelum merumuskan keputusan suku bunga, dan Fed perlu berhati-hati seberapa besar penekanannya pada data lunak.