EUR/USD memperpanjang kenaikannya untuk hari keempat berturut-turut, naik sebesar 0,39%, meskipun diperdagangkan di bawah level tertinggi tahunan di 1,1641, didorong oleh melemahnya Dolar AS yang dipicu oleh meredanya konflik Timur Tengah. Israel dan Iran sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang meningkatkan sentimen pasar dan akhirnya membebani Greenback. Pada saat penulisan, pasangan ini diperdagangkan pada 1,1619, naik 0,38%.
Sentimen pasar berubah positif, mendorong Dolar turun. Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja dolar terhadap sekeranjang enam mata uang, termasuk Euro, anjlok lebih dari 0,47%, diperdagangkan mendekati level terendah mingguan di 97,70.
Baru-baru ini, New York Times mengungkapkan bahwa intelijen AS menunjukkan bahwa serangan terhadap Iran tidak menghancurkan situs nuklir, yang sebelumnya dilaporkan CNN. Meskipun demikian, Wall Street siap untuk mengakhiri sesi Selasa di zona hijau dengan para pedagang menepis komentar agresif dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Dalam kesaksiannya di hadapan DPR AS, Powell menyatakan bahwa suku bunga cukup ketat. Ia menambahkan bahwa jika tekanan inflasi terkendali, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dapat mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga.
Selama sesi Eropa, agenda ekonomi Zona Euro mengungkapkan bahwa Iklim Bisnis IFO meningkat selama enam bulan berturut-turut, meskipun ada ketidakpastian geopolitik secara keseluruhan. Selain itu, beberapa pembicara Bank Sentral Eropa (ECB) menyampaikan pidato.
ECB Francois Villeroy mengatakan bahwa bank sentral masih dapat memangkas suku bunga jika ekspektasi inflasi tetap moderat, menurut FT. ECB Kazimir mengubah pendiriannya, menjadi netral, lebih memilih mempertahankan suku bunga tidak berubah. Ia mengatakan bahwa ia berpikir "bahwa kita berada pada target ketika menyangkut suku bunga netral."
Sumber : fxstreet